TEORI ATAU ALIRAN PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa
berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan
kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan para
pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.
Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan
membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan
memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan
kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa datang.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena
setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya
yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian teori atau
aliran pendidikan?
B. Apa saja macam-macam teori
atau aliran pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian teori atau aliran pendidikan
Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaruan pendidikan.[1]
Pertama, “teori” dipergunakan oleh para pendidik untuk menunjukkan
hipotesis-hipotesis tertentu dalam rangka membuktikan kebenaran-kebenaran
melalui eksperimentasi dan observasi serta berfungsi menjelaskan pokok
bahasannya. O’Connor mendenifisikan istilah “teori” ini katanya:
Kata “teori” sebagaimana yang
dipergunakan dalam konteks pendidikan secara umum adalah sebuah tema yang apik.
Teori yang dimaksudkan hanya dianggap absah manakala kita tetapkan hasil-hasil
eksperimental yang dibangun dengan baik dalam bidang psikologi atau sosiologi
hingga sampai kepada praktek kependidikan.
Muhammad Nujayhi, seorang ahli pendidikan Mesir
Kontemporer merefleksikan pandangan senada dengan O’connor ketika mengatakan,
bahwa perkembangan-perkembangan di bidang psikologi eksperimental membawa
kesan-kesan ke dalam dunia pendidikan dan memberi sumbangan bagi teori-teori
pendidikan, sebagaimana yang terdapat pada bidang ilmu pengetahuan khusus.
Dengan demikian, “teori” dalam arti pertama terbatas pada penjelasan mengenai
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan batas-batasan ilmiah.
Kedua, “teori” menunjuk kepada bentuk asas-asas yang
saling berhubungan yang mengacu kepada petunjuk praktis. Dalam pengertian ini,
bukan hanya mencangkup pemindahan-pemindahan eksplanasi fenomena yang ada,
namun termasuk di dalamnya mengontrol atau membangun pengalaman.[2]
B. Macam-macam teori atau aliran pendidikan
1)
Aliran Nativisme
Istilah nativisme dari kata natie yang artinya
adalah terlahir.[3] Tokoh
aliran ini adalah Schopenhauer. Ia adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun
1788-1880.[4]
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan mausia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu
dilahirkan itulah yang menetukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme
itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar
pendapat tersebut, percumalah kita mendidik atau dengan kata lain pendidikan
tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.[5]
Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni musik,
akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orang
tuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya.[6]
2)
Aliran Empirisme
Tokoh
aliran empirisme adalah John Lock, filosof inggris yang hidup pada tahun
1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae Rasae (meja lilin), yang menyebutkan
bahwa anak yang lahir kedunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih
akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.[7]
Aliran
empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa
dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali tidak ditentukan
oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak
kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik maupun
yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Dalam pendidikan,
pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.[8]
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang
dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun
lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya
kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecedasan atau kemauan
keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau
kmampuan yang telah ada dalam dirinya.[9]
Misalnya:
Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis segala alat
dibelikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat
melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik,
pendidikan mengalami kesukaran dan hasinya tidak optimal.[10]
3)
Aliran naturalisme
Tokoh aliran ini adalah J.J Rousseau. Ia adalah
filosof prancis yang hidup tahun 1712-1778.[11]
Naturalisme berasal dari kata “nature” artinya alam atau apa yang dibawa sejak
lahir. Hampir senada dengan aliran nativisme, maka aliran ini berpendapat bahwa
hakikatnya semua anak sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil
perkembangannya sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atu yang
mempengaruhinya. Jika pengaruh atau pendidikan itu baik, maka akan menjadi
baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek, maka akan jelek pula hasilnya.
Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini, “Semua anak adalah baik pada waktu
datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua jadi rusak ditangan manusia”.
Oleh karena itu sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam”. Artinya,
anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya manusia
atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.[12]
Aliran naturalisme memiliki tiga prinsip dalam proses
pembelajaran, (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992:9), yaitu:
a.
Anak didik belajar melalui
pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam dirinya secara alami.
b.
Pendidik hanya menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator
atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian
anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk
memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terletak
pada diri anak didik sendiri.
c.
Program pendidikan di sekolah
harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan
belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik
secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri
sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran
Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat
paedosentris. artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat
kegiatan proses belajar-mengajar.[13]
4)
Aliran Konvergensi
Tokoh
aliran konvergensi adalah William Stern. Ia seorang tokoh pendidikan jerman
yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau
kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa
anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor
pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak
yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik
akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan
bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan
anak secara optimal jika tida didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.[14]
Karena
itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke satu
titik). Jadi menurut teori konvergensi:
1)
Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2)
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang
diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik
dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3)
Yang membatasi hasil pendidikan adalah
pembawaan dan lingkungan.
Aliran
konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi
pendapat tentang factor mana yang paling penting dalam menentukan
tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu juga melahirkan
berbagai pendapat/gagasan tentang belajar mengajar, seperti peran guru sebagai
fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa dengan tes
objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat behavioral, penekanan
pada peran teknologi pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan
lain-lain) dan sebagainya.[15]
Dengan
demikian, aliran konvergensi menganggap bawa pendidikan sangat bergantung pada faktor
pembawaan atau bakat dengan lingkungan.[16]
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Teori
atau aliran pendidikan dalam arti pertama terbatas pada penjelasan
mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan batas-batasan ilmiah. Sedangkan yang kedua, menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling
berhubungan yang mengacu kepada petunjuk praktis.
Ø Aliran
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan.
Ø Macam-macam
teori atau aliran pendidikan yaitu
a) Aliran
Nativisme, yaitu Aliran yang berpandangan bahwa perkembangan mausia itu telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang
telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menetukan hasil
perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah
sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita
mendidik atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu.
b) Aliran
Empirisme, yaitu Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme
karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu
sama sekali tidak ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi
apa saja (kearah yang baik maupun yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau
pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
c) Aliran
naturalisme, yaitu aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi
pembelajaran yang bersifat paedosentris. artinya faktor kemampuan individu anak
didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar. Aliran naturalisme
memiliki tiga prinsip dalam proses pembelajaran, yaitu:
·
Anak didik belajar melalui
pengalamannya sendiri
·
Pendidik hanya menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan.
·
Program pendidikan di
sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan
lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.
d) Aliran
Konvergensi, yaitu kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme.
Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik
dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh
lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
B.
Saran
Demikian makalah ini
kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalh ini berguna
untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-Teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007.
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan
Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003.
Suwarno, Wiji. Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2009.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005
[1] Prof.
Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La Sulo, PENGANTAR PENDIDIKAN, Jakarta:
PT RINEKA CIPTA, 2005, HLM. 191
[2]
Dr. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan AL-QUR’AN,
Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005, hlm. 21-22
[3]
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dan Drs. S. L. La Sulo. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005. Hlm.196
[4] Wiji
Suwarno, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP, 2009,
Hlm. 51
[5] Drs.
Ngalim Purwanto, ILMU PENDIDIKAN TEORETIS DAN PRAKTIS, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2003, Hlm. 59
[6] Wiji
Suwarno, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP, 2009,
Hlm.51
[7] Ibid,
Hlm. 49-50
[8] Drs.
Ngalim Purwanto, ILMU PENDIDIKAN TEORETIS DAN PRAKTIS, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2003, Hlm. 59
[9] Prof.
Dr. Umar Tirtarahardja, dan Drs. S. L. La Sulo. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005. Hlm.195
[10] Wiji
Suwarno, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP, 2009,
Hlm.50
[11] Ibid,
Hlm. 52
[12] Drs.
Ngalim Purwanto, ILMU PENDIDIKAN TEORETIS DAN PRAKTIS, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2003, Hlm. 59
[13] Wiji
Suwarno. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP. 2009.
Hlm. 53
[14] Ibid,
Hlm. 54
[15] Prof.
Dr. Umar Tirtarahardja, dan Drs. S. L. La Sulo. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005. Hlm.199
[16] Wiji
Suwarno. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP. 2009.
Hlm. 54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar