Sabtu, 16 Juni 2012

CONTOH MAKALAH TEORI/ALIRAN PENDIDIKAN


TEORI ATAU ALIRAN PENDIDIKAN

I.          PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.
Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa datang.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.

II.       RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian teori atau aliran pendidikan?
B. Apa saja macam-macam teori atau aliran pendidikan?

           
III.    PEMBAHASAN
A.   Pengertian teori atau aliran pendidikan
Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan.[1] Pertama, “teori” dipergunakan oleh para pendidik untuk menunjukkan hipotesis-hipotesis tertentu dalam rangka membuktikan kebenaran-kebenaran melalui eksperimentasi dan observasi serta berfungsi menjelaskan pokok bahasannya. O’Connor mendenifisikan istilah “teori” ini katanya:
Kata “teori” sebagaimana yang dipergunakan dalam konteks pendidikan secara umum adalah sebuah tema yang apik. Teori yang dimaksudkan hanya dianggap absah manakala kita tetapkan hasil-hasil eksperimental yang dibangun dengan baik dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai kepada praktek kependidikan.
Muhammad Nujayhi, seorang ahli pendidikan Mesir Kontemporer merefleksikan pandangan senada dengan O’connor ketika mengatakan, bahwa perkembangan-perkembangan di bidang psikologi eksperimental membawa kesan-kesan ke dalam dunia pendidikan dan memberi sumbangan bagi teori-teori pendidikan, sebagaimana yang terdapat pada bidang ilmu pengetahuan khusus. Dengan demikian, “teori” dalam arti pertama terbatas pada penjelasan mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan batas-batasan ilmiah.
Kedua, “teori” menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan yang mengacu kepada petunjuk praktis. Dalam pengertian ini, bukan hanya mencangkup pemindahan-pemindahan eksplanasi fenomena yang ada, namun termasuk di dalamnya mengontrol atau membangun pengalaman.[2]

B. Macam-macam teori atau aliran pendidikan
1)   Aliran Nativisme
Istilah nativisme dari kata natie yang artinya adalah terlahir.[3] Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer. Ia adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880.[4] Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan mausia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menetukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.[5] Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orang tuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya.[6]

2)      Aliran Empirisme
Tokoh aliran empirisme adalah John Lock, filosof inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae Rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir kedunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.[7]
Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali tidak ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik maupun yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.[8] Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecedasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kmampuan yang telah ada dalam dirinya.[9]
Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis segala alat dibelikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasinya tidak optimal.[10]
3)   Aliran naturalisme
Tokoh aliran ini adalah J.J Rousseau. Ia adalah filosof prancis yang hidup tahun 1712-1778.[11] Naturalisme berasal dari kata “nature” artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Hampir senada dengan aliran nativisme, maka aliran ini berpendapat bahwa hakikatnya semua anak sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atu yang mempengaruhinya. Jika pengaruh atau pendidikan itu baik, maka akan menjadi baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek, maka akan jelek pula hasilnya. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini, “Semua anak adalah baik pada waktu datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua jadi rusak ditangan manusia”. Oleh karena itu sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam”. Artinya, anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.[12]
Aliran naturalisme memiliki tiga prinsip dalam proses pembelajaran, (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992:9), yaitu:
a.       Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam dirinya secara alami.
b.      Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c.       Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat  dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola  belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris. artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar.[13]

4)   Aliran Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah William Stern. Ia seorang tokoh pendidikan jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tida didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.[14]
Karena itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke satu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
1)      Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2)      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3)      Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang factor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang belajar mengajar, seperti peran guru sebagai fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat behavioral, penekanan pada peran teknologi pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan lain-lain) dan sebagainya.[15]
Dengan demikian, aliran konvergensi menganggap bawa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dengan lingkungan.[16]

IV.    PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ø  Teori atau aliran pendidikan dalam arti pertama terbatas pada penjelasan mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan batas-batasan ilmiah. Sedangkan yang kedua,  menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan yang mengacu kepada petunjuk praktis.
Ø  Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan.
Ø  Macam-macam teori atau aliran pendidikan yaitu
a)   Aliran Nativisme, yaitu Aliran yang berpandangan bahwa perkembangan mausia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menetukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu.
b)   Aliran Empirisme, yaitu Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali tidak ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik maupun yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
c)   Aliran naturalisme, yaitu aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris. artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar. Aliran naturalisme memiliki tiga prinsip dalam proses pembelajaran, yaitu:
·         Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri
·         Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
·         Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat  dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola  belajar anak didik.
d)  Aliran Konvergensi, yaitu kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
B.     Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalh ini berguna untuk kita semua. Amin.









DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007.
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003.
Suwarno, Wiji. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2009.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005


[1] Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La Sulo, PENGANTAR PENDIDIKAN, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005, HLM. 191
[2] Dr. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan AL-QUR’AN, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005, hlm. 21-22
[3] Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dan Drs. S. L. La Sulo. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005.  Hlm.196
[4] Wiji Suwarno, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP, 2009, Hlm. 51
[5] Drs. Ngalim Purwanto, ILMU PENDIDIKAN TEORETIS DAN PRAKTIS, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003, Hlm. 59
[6] Wiji Suwarno, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP, 2009, Hlm.51
[7] Ibid, Hlm. 49-50
[8] Drs. Ngalim Purwanto, ILMU PENDIDIKAN TEORETIS DAN PRAKTIS, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003, Hlm. 59
[9] Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dan Drs. S. L. La Sulo. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005.  Hlm.195
[10] Wiji Suwarno, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP, 2009, Hlm.50
[11] Ibid, Hlm. 52
[12] Drs. Ngalim Purwanto, ILMU PENDIDIKAN TEORETIS DAN PRAKTIS, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003, Hlm. 59
[13] Wiji Suwarno. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP. 2009. Hlm. 53
[14] Ibid, Hlm. 54
[15] Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dan Drs. S. L. La Sulo. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005.  Hlm.199
[16] Wiji Suwarno. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP. 2009. Hlm. 54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar