TUGAS
RINGKASAN
DASAR KIMIA ANALITIK
Dosen
Pengampu : Ervin Tri Suryandari, S.Si, M.Si

Disusun
oleh :
Ilyana Rokhmatin Nuzul (113711023)
Khulliyah (113711002)
Nur
Alfiyah (113711005)
Muharoroh (113711038)
Varidatul
Hidayah (113711016)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
DASAR
KIMIA ANALITIK
Ø Kimia analitik
merupakan ilmu kimia yang mendasari analisis dan pemisahan sampel.
Ø Tujuan Analisis :
1. menentukan jenis
komponen apa saja yang terdapat dalam suatu sampel (kualitatif)
2. menentukan berapa banyak komponen yang ada dalam suatu sampel
(kuantitatif)
Ø Jenis-jenis Analisis
·
Analisis Klasik :
1. Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang
telah diketahui dengan pasti.
2.Cara ini disebut juga cara absolut karena penentuan suatu komponen di
dalam suatu sampel diperhitungkan berdasarkan perhitungan kimia pada reaksi
yang digunakan.
Contoh analisis klasik yaitu :Volumetri dan gravimetri.Pada volumetri, besaran volume zat-zat yang bereaksi
merupakan besaran yang diukur, sedangkan pada gravimetri, massa dari zat-zat
merupakan besaran yang diukur.
·
Analisis Instrumental :
1.Analisis instrumental berdasarkan sifat fisiko-kimia zat untuk
keperluan analisisnya.
2. Misalnya interaksi radiasi elektromagnetik dengan zat menimbulkan
fenomena absorpsi, emisi, hamburan yang kemudian dimanfaatkan untuk teknik
analisis spektroskopi.
3.Dalam analisisnya teknik instrumental ini menggunakan alat-alat yang
modern sehingga disebut juga dengan
analisis modern.Contoh Analisis intrumental adalah analisis menggunakan IR, GC,
HPLC, IR
Ø
Berdasarkan sifat
analisis terhadap komponen analitnya :
1.
Analisis Perkiraan :Bila
keberadaan komponen dalam sampel belum dapat dinyatakan dengan pasti disebut
sebagai analisis semikualitatif dan semikuantitatif.
2.
Analisis Parsial : Hanya
sebagian komponen sampel yang dianalisis, dan sebagian lainya tidak
3.
Analisis Komponen Renik : Disebut
juga analisis mikro, karena hanya komponen mikro yang ditetapkan keberadaanya
secara kualitatif maupun kuantitatif
4.
Analisis Lengkap : Keseluruhan
komponen sampel dianalisis, sehingga diperoleh komposisi sesungguhnya dari
komponen penyususn sampel.
Ø
Berdasarkan kuantitas
analit yang ingin
1.
Analisis Makro, jika ukuran
sampel > 0,1 gram
2.
Analisis Semimikro, jika ukuran sampel 0,01 – 0,1 gram
3.
Analisis Mikro, jika ukuran sampel < 0,01
gram atau dalam ukuran mg, µg atau ppm
Ø Secara garis besar pekerjaan analisis kimia dibagi menjadi 2
yaitu :
1.
Analisis Kualitatif
2.
Analisis Kuantitatif
Ø Metode Analisis Kuantitatif
1.
Metode Analisis yang
melibatkan Proses Kimia.
2. Metode Analisis yang melibatkan Proses Fisika.
1.
Metode Analisis yang
melibatkan Proses Kimia
Biasa disebut dengan analisa klasik yang berdasarkan
pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang telah diketahui dengan pasti.
2.
Metode Analisis yang
melibatkan Proses Fisika
Biasa disebut dengan analisis Intrumental
METODE ILMIAH
Proses analisis
kimia merupakan kerja/langkah-langkah sistematis seorang ilmuwan yang
menghasilkan suatu kebenaran ilmiah, yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya disebut Metode Ilmiah.
Langkah-langkah dalam metode Ilmiah :
1.
Menetapkan Masalah
2.
Melakukan Kerja Teoritik
dan Menarik Hipotesa
3.
Melakukan eksperimen atau
observasi
4.
Mengolah data hasil
observasi
5.
Menarik Kesimpulan
A. Menetapkan Masalah :
1.
Masalah merupakan problema
khusus yang akan dicari jawabanya.
2.
Setiap masalah memiliki
variabel-variabel terukur yang dikenal dengan “variabel penelitian”
3.
Sumber masalah dalam kimia
analisis adalah sampel atau cuplikan
B. Kajian Teoritik :
1.
Diperlukan untuk memberikan
landasan berfikir yang benar.
2.
Menghindarkan analisa yang
asal-asalan atau trial and error
3.
Dari Kajian Teoritik juga
bisa ditarik suatu hipotesa sebagai jawaban sementara atas masalah yang ada
C. Observasi :
1.
Observasi menghasilkan data
kualitatif dan kuantitatif yang digunakan sebagai landasan untuk merumuskan
hukum.
2.
Penjelasan atas hukum tersebut
dinyatakan dalam teori yang dapat digunakan untuk landasan berfikir pada
observasi selanjutnya
3.
Observasi merupakan inti
dari kimia analisis untuk mengungkap komposisi bahan kimia
D. Mengolah data dan Kesimpulan
1.
Hasil observasi kemudian
diolah, sedemikian rupa sehingga merupakan jawaban ilmiah atas masalah yang
ada.
2.
Kemudian ditarik kesimpulan
dari pegolahan dan pembahasan data hasil observasi
3.
Kesimpulan yang teruji
kebenarannya secara terus menerus disebut Hukum
ANALISA KUANTITATIF
-Tahapan-Tahapan Analisis
Kuantitatif
Dalam analisis
kuantitatif terdapat empat tahap utama analisis yaitu:
1)
Perencanaan analisis
2)
Sampling
3)
Persiapan sampel untuk
analisis
4)
Pemisahan senyawa
Pengganggu
5)
Pengukuran
6)
Perhitungan, pelaporan dan evaluasi hasil analisis
A. Perencanaan Analisis
} Informasi analisis yang diperlukan
Perlu diperhatikan tingkat
ketepatan dan ketelitian hasil analisis yang diperlukan dan tipe sampel yang
akan di analisis.
} Metode Analisis yang harus digunakan
Untuk mendapatkan hasil analisis
yang diinginkan memerlukan metode analisis tertentu. Selain itu untuk memilih
metode analisis diperlukan bahan kimia dan peralatan tertentu.
B. Sampling
} Sampling dimaksudkan untuk memilih contoh yang dapat
menggambarkan materi keseluruhan yang sebenarnya
} Sampling yang dilakukan tergantung pada contoh yang akan
diambil, misalnya sampling untuk menentukan polutan lingkungan yang terdapat di
air, udara dan tanah, sampling bahan
industri, bahan makanan, barang tambang.
} Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel, contoh atau
cuplikan dari bahan atau lapangan yang menjadi obyek analisis
} Sampel harus menggambarkan komposisi dari obyek
} Agar representatif maka proses pengambilan sampel harus
sistematis mengikuti langkah-langkah sesuai tahapan sampling.
v
Tahapan sampling :
1. Pengumpulan sampel lapangan (gross sampel) dari unit-unit
pengambilan sampel di lapangan.
2. Pengurangan jumlah dan ukuran sampel lapangan menjadi
partikel-partikel dengan ukuran yang cocok untuk pengiriman ke laboratorium
(sampel laboratorium)
3. Pengurangan sampel laboratorium menjadi sampel yang siap
dianalisis (sampel analitik)
4.
Penyimpanan sampel analitik.
Misalnya sampling batu bara dari suatu pertambangan. Langkah pertama
adalah memillih sebagian besar batu bara, disebut contoh gross, yang meskipun
tidak homogen tetapi merupakan susunan rata-rata dari seluruh massa. Contoh
gross ini harus diubah menjadi contoh laboratorium yang lebih kecil baik bentuk
mau pun jumlahnya. Contoh digiling atau dihancurkan dan secara sistematis
dicampur dan dikurangi jumlahnya.
C. Persiapan Sampel untuk dianalisis
·
Pengeringan Sampel
Dilakukan untuk sampel dalam
wujud padat, dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air dalam sampel, dengan
cara di oven dengan suhu 100-110oC sampai mencapai berat konstan
·
Penimbangan atau pengukuran
sampel
Dalam analisis kuantitatif,
sampel yang dianalisis harus diketahui secara kuantitatif berat atau volume
sampel
·
Pelarutan sampel
Dalam pelarutan sampel harus
dipilih pelarut yang dapat melarutkan sampel secara sempurna. Dua cara yang
paling umum untuk melarutkan contoh adalah:
1. Dengan
asam-asam klorida, nitrat, sulfat atau perklorat
2. Dengan zat
pelebur asam atau basa yang diikuti dengan perlakuan air atau asam
§
Teknik Peleburan :
} Jika sampel anorganik tidak larut dalam pelarut umum/khusus maka
dilakukan proses peleburan
} Bahan dicampur dengan bahan pelebur yang disebut fluks
} Sampel yang bersifat asam akan dilebur dengan fluks yang
bersifat basa dan sebaliknya
§ Langkah-langkah peleburan :
} Menimbang sampel, campurkan sampel dan fluks dengan perbandingan
1 : (5-10), aduk sampai benar-benar homogen.
} Masukkan campuran ke dalam cawan peleburan (teflon), maksimal
separoh dari cawan dan tutup
} Panaskan pada suhu rendah, kemudian naikkan suhu tahap demi
tahap sesuai yang keperluan (110oC
– 200oC)
§ Bahan / senyawa fluks yang sering digunakan adalah :
} Na2CO3 atau K2CO3
} NaOH padat
} Na2O2 padat
} Campuran Na2CO3 dan KClO3 atau
KNO3
} KHSO4
D. Pemisahan Senyawa Pengganggu
·
Persiapan sampel melalui pelarutan
atau peleburan menghasilkan larutan yang mengandung campuran dua atau lebih
komponen analit yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengukuran (kesalahan
matriks)
·
Kesalahan matriks ini
banyak timbul pada pengukuran unsur-unsur renik (trace element)
·
Komponen analit yang
diinginkan harus murni dan terbebas dari pengganggu
·
Sebelum melakukan
pengukuran maka faktor interferensi atau pengganggu harus dihilangkan terlebih dulu.
·
Faktor ini dapat dihilangkan dengan berbagai cara misalnya
dengan mengkompleks zat pengganggu, mengendapkan, menguapkan, mengekstraksi,
atau pun dengan melakukan elektrolisa dan kromatografi
E. Pengukuran
·
Berbagai sifat fisika dan
kimia dapat digunakan untuk melakukan pengukuran.
·
Teknik pengukuran yang
digunakan dapat dilakukan dengan cara klasik yang berdasarkan reaksi kimia atau
dengan cara instrumen yang berdasarkan sifat fisikokimia.
F.
Perhitungan, Pelaporan dan Evaluasi Hasil
Analisis
·
Langkah terakhir dalam
tahapan analisis dikatakan selesai bila hasil analisis telah dinyatakan sedemikian
rupa sehingga dapat dipahami oleh si peminta analisis.
·
Umumnya kadar analat
dinyatakan dengan perhitungan persen. Seperti pada volumetri dan gravimetri
perhitungan persen diperoleh dari hubungan stoikiometri sederhana berdasarkan
reaksi kimianya
·
sedangkan dalam cara
spektroskopi diperoleh dari hubungan absorban dan konsentrasi analat dalam
larutan.
·
Cara-cara statistik biasanya digunakan untuk menginterpretasi data yang
diperoleh
·
Evaluasi terhadap hasil analisis dilakukan
terhadap tingkat ketepatan dan ketelitiannya
-Kesalahan dan Perlakuan Data
Analitik
— Dalam suatu analisis tidaklah mungkin terlepas dari “kesalahan”.
— Istilah kesalahan menunjuk pada perbedaan numerik antara harga
yang terukur dengan harga sesungguhnya.
— Kesalahan dalam analisis digolongkan menjadi :
1.
Kesalahan tertentu
(pasti/sistematis)
2.
Kesalahan tak tentu
1.
Kesalahan tertentu
(pasti/sistematis)
— Kesalahan sistematis merupakan jenis kesalahan yang dapat
diramalkan dan diminimalkan, umumnya
berkaitan dengan alat-alat tertentu atau cara pengukuran yang dipakai.
— Dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Kesalahan metodik
b.Kesalahan
operatif
c. Kesalahan instrumen
d.Kesalahan Metodik : Ditimbulkan dari metode yang
digunakan dan merupakan kesalahan yang paling serius dalam analisis.
Kesalahan
ini sumbernya adalah sifat kimia dari sistem, misalnya adanya berbagai ion
pengganggu, adanya reaksi samping, bentuk hasil reaksi seperti endapan tidak
sesuai dengan reaksi kimia yang diinginkan dan sebagainya.
e.Kesalahan Operatif :Ditimbulkan oleh orang yang melakukan
analisis. Ini merupakan kesalahan perrsonal misalnya kesalahan pembacaan jarum
digital karena posisi mata yang tidak tepat, pencucian endapan yang berlebihan,
penimbangan bahan higroskopis pada cawan terbuka dan lain lain.
f. Kesalahan Instrumen :Ditimbulkan dari instrumennya
sendiri, misalnya karena efek lingkungan, kesalahan nol dalam pembacaan
instrumen, adanya noise/derau, alat-alat gelas yang tidak pernah dikalibrasi,
konstruksi neraca yang tidak tepat, dan sebagainya.
2.
Kesalahan Tak tentu
Kesalahan tak tentu merupakan kesalahan yang sifatnya
tidak dapat diramalkan dan nilainya berfluktuasi. Kesalahan jenis inii dapat
terjadi dari variasi kesalahan tertentu atau pun dari sumber lainnya yang
bersifat acak.
Kesalahan dalam analisis kimia
berhubungan dengan : Ketepatan (accuracy)& Ketelitian
(precision).

Ø
Ketepatan
(accuracy):Kesamaan atau kedekatan absolut dan kesalahan relative yang
sebenarnya.
Kesalahan umumnya dinyatakan kesalahan absolute dan
kesalahan relative
Kesalahan absolut:E=O-T
Kesalahan relative:R=(O-T/T)x100% atau R=E/Tx100%
Dimana: O= nilai pengamatan, T= nilai sebenarnya
Contoh:
Seorang analisis menemukan harga 20,44% besi dalam
suatu contoh, sedangkan kadar yang sebenarnya adalah 20,34%. Hitung kesalahan
absolute dan kesalahan relative dari data di atas!
Jawab: E = O-T
=20,44%-20,34%
=0,10%
R=
x100%

=
x100%

=0,49%
Ø
Ketelitian
(Presisi):kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama ketelitian
yang dilakukan secara berulang-ulang.
-Biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku/simpangan
relative, varians atau koefisien varians.
Simpangan baku/deviasi standar: S = 

Simpangan baku
relative =RSD = 

Koefisien varians :
CV =RSD x 100%
-Simpangan relative semakin kecil maka
ketelitian semakin besar
-Semakin kecil
kadar zat yang dianalisis, prosesnya panjang, maka semakin besar simpangan
relatifnya dan ketelitian semakin
berkurang.
Contoh:
Analisis sebuah contoh bijih besi menghasilkan nilai-nilai presentase untuk
kandungan besi sebagai berikut:
7,08;7,21;7,12;7,09;7,16;7,14;7,07;7,14;7,18
dan 7,11.
Hitung
rata-rata deviasi standar dan koefisien variasi untuk nilai-nilai itu?
x
|
x-
![]() |
(x-
![]() |
7,08
|
-0,05
|
0,0025
|
7,21
|
0,08
|
0,0064
|
7,12
|
-0,01
|
0,0001
|
7,09
|
-0,04
|
0,0016
|
7,16
|
0,03
|
0,0009
|
7,14
|
0,01
|
0,0001
|
7,07
|
-0,06
|
0,0036
|
7,14
|
0,01
|
0,0001
|
7,18
|
0,05
|
0,0025
|
7,11
|
-0,02
|
0,0004
|
![]() |
![]() |
|
![]() |
S = 

=
= 0,045

RSD
=
=
= 0,0063


CV
= RSDx100% = 0,0063x100% = 0,63%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar